Skip to main content

Dera

Kata-katamu yang dulu, apa masih berlaku untuk sekarang?
Apakah ada kadaluarsanya?

"Batasan pasti nanti terasa ada. Tapi kepercayaan selalu menghancurkan batasan yang mengacau karena keadaan."

Kalau begitu, keadaanmu bagaimana? Apakah batasan itu benar-benar bisa hilang karena kepercayaan?
Atau kepercayaannya kalah dengan keadaan?

Aku percaya kata-katamu. Aku maunya begitu.

Kamu perlu tahu, dari perkataanmu, 
Ada seseorang yang tidak kunjung usai menyelesaikan paham tentang kata sudah.
Ada seseorang yang sulit mengerti jika waktu yang dilaluinya untuk bertahan dibentur kekecewaan.
Ada seseorang yang maunya tetap percaya kalau kepercayaan tidak ada kadaluarsanya.
Ada seseorang yang maunya tetap percaya kalau kamu dan kata-kata itu bisa berada dalam peluknya dengan kesungguhan.
Ada seseorang yang dari jauh terus menyambung benang hidupnya dengan penantian.

Apakah pernah terbayang olehmu, seperti apa rupa benang kusut yang dikalahkan keadaan itu sekarang?
Apakah bisa kamu jelaskan, seberapa lama lagi hal ini harus dia rasakan?
Apakah aku terlalu berlebihan mencintai seseorang? sehingga tuhan menegurku lewat patah hati?

Tapi tidak apa-apa, biarkan semua pertanyaan perihal apa dan kenapa bersemayam pada dirinya, sebab hanya harap yang menjadi arah rumahnya ketika pulang.



Jakarta, 26 Oktober 2021

Comments

Popular posts from this blog

Seperti kata pak Sapardi

Di bawah hujan yang turun di bulan Juni, Ada perasaan yang mengalir bersama tetes-tetesnya, Mengalir dalam diam, menggenangi relung hati, Menghanyutkan ingatan pada sosokmu yang jauh. Hujan yang jatuh perlahan, Seperti bisikan lembut dari angkasa, Mengisi kekosongan yang hening, Menyentuh rasa yang tak terungkapkan. Setiap tetesnya adalah cerita, Tentang hari-hari yang kita lewati bersama, Tentang senyum yang pernah menghiasi senja, Namun kini hanya tinggal bayangan samar. Dalam setiap rintik hujan, Ada harapan yang kusematkan, Agar jarak yang memisahkan segera sirna, Dan kita bisa bersama lagi dalam nyata. Bulan Juni yang dingin dan lembab, Menyimpan sejuta kenangan dalam tetes airnya, Seperti hatiku yang penuh oleh ingatan, Namun tak mampu mengungkapkan isi hatinya. Di setiap deras hujan yang turun, Aku teringat pada suara tawamu, Yang mengalir seperti aliran sungai, Menenangkan setiap resah yang ada. Hujan di bulan Juni adalah saksi bisu, Perasaan yang tumbuh dalam sunyi...

Usang

Kita ialah suatu hal yang usang dan enggan asing. Menolak melupa bahwa segalanya telah kau buat. Menciptakan ilusi yang membuatku mematung. Kau, ialah sosok paling ulung. Merasuk masuk dalam relung hati yang tengah buntung. Kini dirimu layaknya fatamorgana dalam hamparan gurun di bawah sang surya. Hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah tergapai walau seberapa kuat berusaha. Enggan digapai walau sebatas menaruh rasa. Kita, ialah sebuah usang yang enggan asing. Semakin lekang dan terus menggantung. Jakarta, 31 Juli 2023

Malu

Apa kau ingat tentang malam itu? Ketika langkah tak lagi searah dan kamu meninggalkanku di belakang, bersama kerapuhan, asa mengangkasa agar kau pun terluka seperti yang ditimpakan padaku Jika pun kau tak melihat kehancuran raga ini Aku meratap, berharap, kau akan merasakannya Aku tak ingin membuat drama, mengajak semua netra menyaksikan agar tahu seperti apa kisahnya Ketahuilah, aku masih ingin menyimpanmu seorang diri Bersama kepingan-kepingan hati yang berserakan, dalam hati aku berharap, kau tetap ada di sana Aku tak menyangkal ketika kau dan dia menghancurkan seluruh percayaku Sayang, tetapi semua kesakitan ku karena terlampau sibuk merajut bahagiamu Salahku tak dapat memperbaiki ketidaksempurnaan ku Kau dan dia, dan aku bersama air mata yang menusuk seperti kepingan kaca, hancur berkeping Aku berharap dapat diperbaiki, tetapi rusaknya sangat parah Hingga tiba langkahku di depan sebuah komedi putar, memandang ke atas, terjuntai pada realita... Bahkan ketika rasaku luru...