Kamu terlalu sempurna.
Untuk kamu yang namanya selalu saya sebut selepas salam di lima waktu, ada banyak harap yang saya gantungkan padamu.
Pada lembar-lembar penuh tinta warna-warni, saya berharap suatu saat nanti kita akan bersama dalam satu impian, mengejar bersama apa yang disebut-sebut sebagai masa depan, serta saling menjaga dalam hangat dan manisnya balutan rembulan.
Lalu kemudian pada lembar-lembar pemikiran saya yang terlalu bodoh, saya menanamkan bahwa tidak ada kata pantas untuk saya yang bahkan belum bisa apa-apa untukmu yang punya segalanya. Saya mengecilkan diri saya sendiri, saya menyalahkan takdir perihal mengapa saya harus jatuh hati, saya mengeratkan pemikiran bahwa selamanya; kamu tidak akan pernah bisa saya miliki.
Karena kamu saya dapat tertawa. Karena kamu saya mampu punya warna. Karena kamu saya bisa jatuh cinta.
Karena kamu pula, saya mengerti bahwa mencintai seseorang yang terlalu sempurna adalah sakit paling pahit yang tertunda.
Jakarta, 4 Maret 2021
Comments
Post a Comment