Siang menyingsing seraya embun berpaling
Berhias peluh kala surya merajai mata angin
Buku lusuh meracau, burung-burung berkicau
Aksara berhamburan, inikah pertanda kehilangan?
Kuraih diksi yang enggan turun barang sekali
Sebab bosan dirangkai menjadi kalimat patah hati
Hingga sunyi beranjak pergi, sepi menghkianati
Yang tersisa hanya ironi sebagai selimut diri.
Kini simfoni tak lagi berdendang di awal hari
Sapaan pengganggu mimpi tak lagi menyambangi
Hari berat sampai surya tenggelam di ufuk barat
Menjadi kisah penat dengan elegi yang melekat.
Harapan apalagi yang harus diperjuangkan?
Takhta mana lagi yang menjadi kemenangan?
Tak ada harap dilingkup bahasa netra berpijak
Hanya ada semerbak rindu yang kian menjebak.
Aku semakin tersudut di ruang putus asa
Merajut dilema di pekatnya ruang tanpa cahaya
Elegi tercipta dari percikan bahasa netra
Melangitkan aksara—linang kehilangan muara.
Jakarta, 01 April 2021
Comments
Post a Comment