Skip to main content

Teruntuk Hujan

Hari kini berganti bulan
tapi ntah, rasanya semakin rindu kepadamu
ntah apa yang membuatmu menjadi sedikit pemalu
apa hari-hari bersamaku membuatmu pilu?

Terasa sulit untuk menggambarkan
hanya bisa sedikit menyimpan angan
angan yang selalu membuatku membayangkan
akan rintik-rintik sendu yang engkau bawa penuh keceriaan

Kini, sudah satu tahun berlalu
dari aku mengharap kehadiranmu

Hujan,
sungguh aku rindu kehangatanmu
rindu dari tiap rintikan yang kau hempaskan kepadaku
walau terkadang menghantam, tapi selalu ku ingat kala itu

Hujan,
maaf jika salah keberadaanku yang selalu menunggumu
mungkin hanya itu yang bisa ku beri
ya, hanya waktu

Waktu-waktu telah berlalu
tapi ntah kenapa  tetap saja rindu
rindu keceriaan ketika engkau hadir
rindu akan kehangatan yang engkau bawa ketika menghampiri

Ku harap kau tidak terganggu dengan bisikanku
Ku harap kau datang dengan senyuman itu

Ku hanya punya harapan untuk itu
Harapan berbagi keceriaan seperti dulu

Dari bumi teruntukmu, hujan


Jakarta, 3 Mei 2020

Comments

Popular posts from this blog

Seperti kata pak Sapardi

Di bawah hujan yang turun di bulan Juni, Ada perasaan yang mengalir bersama tetes-tetesnya, Mengalir dalam diam, menggenangi relung hati, Menghanyutkan ingatan pada sosokmu yang jauh. Hujan yang jatuh perlahan, Seperti bisikan lembut dari angkasa, Mengisi kekosongan yang hening, Menyentuh rasa yang tak terungkapkan. Setiap tetesnya adalah cerita, Tentang hari-hari yang kita lewati bersama, Tentang senyum yang pernah menghiasi senja, Namun kini hanya tinggal bayangan samar. Dalam setiap rintik hujan, Ada harapan yang kusematkan, Agar jarak yang memisahkan segera sirna, Dan kita bisa bersama lagi dalam nyata. Bulan Juni yang dingin dan lembab, Menyimpan sejuta kenangan dalam tetes airnya, Seperti hatiku yang penuh oleh ingatan, Namun tak mampu mengungkapkan isi hatinya. Di setiap deras hujan yang turun, Aku teringat pada suara tawamu, Yang mengalir seperti aliran sungai, Menenangkan setiap resah yang ada. Hujan di bulan Juni adalah saksi bisu, Perasaan yang tumbuh dalam sunyi...

Usang

Kita ialah suatu hal yang usang dan enggan asing. Menolak melupa bahwa segalanya telah kau buat. Menciptakan ilusi yang membuatku mematung. Kau, ialah sosok paling ulung. Merasuk masuk dalam relung hati yang tengah buntung. Kini dirimu layaknya fatamorgana dalam hamparan gurun di bawah sang surya. Hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah tergapai walau seberapa kuat berusaha. Enggan digapai walau sebatas menaruh rasa. Kita, ialah sebuah usang yang enggan asing. Semakin lekang dan terus menggantung. Jakarta, 31 Juli 2023

Malu

Apa kau ingat tentang malam itu? Ketika langkah tak lagi searah dan kamu meninggalkanku di belakang, bersama kerapuhan, asa mengangkasa agar kau pun terluka seperti yang ditimpakan padaku Jika pun kau tak melihat kehancuran raga ini Aku meratap, berharap, kau akan merasakannya Aku tak ingin membuat drama, mengajak semua netra menyaksikan agar tahu seperti apa kisahnya Ketahuilah, aku masih ingin menyimpanmu seorang diri Bersama kepingan-kepingan hati yang berserakan, dalam hati aku berharap, kau tetap ada di sana Aku tak menyangkal ketika kau dan dia menghancurkan seluruh percayaku Sayang, tetapi semua kesakitan ku karena terlampau sibuk merajut bahagiamu Salahku tak dapat memperbaiki ketidaksempurnaan ku Kau dan dia, dan aku bersama air mata yang menusuk seperti kepingan kaca, hancur berkeping Aku berharap dapat diperbaiki, tetapi rusaknya sangat parah Hingga tiba langkahku di depan sebuah komedi putar, memandang ke atas, terjuntai pada realita... Bahkan ketika rasaku luru...