Sebuah kerinduan yang mendalam bergerak, mengalahkan cahaya bulan yang terang.
Gema dari sebuah harapan, diterbisikkan dalam terbangnya angin,
Ini adalah kerinduan untukmu, ksatria abadi hatiku.
Dalam kesendirian fajar, saat dunia tergerak oleh cahaya,
Kerinduan yang mendalam masih tinggal, diam dalam pandangan pagi.
Kenangan dari sentuhan, merintih di terangnya siang,
Ini adalah kerinduan akan kehadiranmu, kebahagiaan abadi jiwaku.
Dalam hiruk-pikuk hari, di bawah kekuatan matahari yang ganas,
Kerinduan yang mendalam tumbuh, tersembunyi dari pandangan biasa.
Jejak senyuman, hilang di waktu yang ketat,
Ini adalah kerinduan akan tawa mu, penerbangan abadi semangatku.
Dalam sinar lembut senja, saat hari kehilangan pertarungannya,
Kerinduan yang mendalam mekar, dalam malam yang akan datang.
Sebuah potongan janji, tak terucap namun terang,
Ini adalah keinginan akan cintamu, cahaya kekal dalam jiwaku.
Di bawah langit tengah malam, dengan alam semesta dalam pandangan,
Kerinduan yang mendalam menari, di bawah cahaya bintang.
Semilir harapan, bersinar begitu terang,
Ini adalah kerinduan akan kepulanganmu, penerbangan abadi cintaku.
Ketika fajar kembali lagi, memancarkan cahaya baru,
Kerinduan yang mendalam tetap, teguh dalam kekuatannya.
Sebuah visi kebersamaan, terbenam dalam cahaya pagi,
Ini adalah mimpi akan dekapmu, penghiburku dalam malam.
Dalam ketenangan senja, saat bayangan mengudara,
Kerinduan yang mendalam beresonansi, bergema di senja.
Melodi cinta, dimainkan di tali-tali hati begitu kencang,
Ini adalah simfoni untuk kasih sayangmu, penderitaan hatiku yang utama.
selagi salju masih ada, tersembunyi di kabut malam yang dingin--ranting tak berdaun
“Yang berat dari berduka tuh, hidup harus berjalan terus. Padahal kita lagi gak mau jalan.”
Jakarta, 01 Mei 2024
Comments
Post a Comment