Skip to main content

Asa



Kadang kita ingin memiliki semuanya. Tapi sebenarnya, kita hanya butuh seseorang yang bisa membuat kita merasa nyaman. Seseorang yang rela menyembunyikan sedihnya agar kita tak sedih.

Kamu harus pahami satu hal penting yang kurahasiakan.

Kamu paham bagaimana susahnya aku meyakinkanmu.

Kenanglah kita meski tidak begitu sempurna. Meski hanya sedih-sedih yang tersisa.

Kita hanyalah hal-hal yang gagal untuk bertahan. Sesuatu yang selalu aku semogakan tetapi tak pernah diwujudkan. Sesuatau yang selalu aku doakan tetapi tak semuanya dikabulkan.

Raga akan menghilang, tetapi cinta akan selalu dikenang.

Tawa yang terlepas tanpa ada makna, cerita lama yang selalu dibawa; Diam-diam hati ini mengerti
Teringat dan jadi ciri tentangmu, tentangmu.

Tak ada canda, tak ada sapa.

Semua mimpi tinggi dan segala drama dijadikan canda, dikeluh bersama.Terkadang-kadang mata bicara, Seakan-akan semua rahasia.

Jangan memendam luka, sebab bisa saja tumbuh menjadi dendam dan melahirkan lagi luka.

Sebab cinta, tak ada yang benar-benar bisa bertahan sendiri.
Untuk sesuatu yang seharusnya diperjuangkan berdua.

Segala sesuatu yang dimulai dengan janji-janji manis, sering berjalan berisi tangis. Itulah sebabnya, aku tak memintamu menjadi semesta. Cukup terus bersedia bersamaku hingga kita sampai di ujung lelah usia.

Maka biarlah aku terus memuja cintamu, lalu menepi di setiap rindu menyapa sepi.

Semesta ini terlalu kecil untuk menyimpan rindu sendirian. Kau pasti akan tersiksa jika terus bersikeras menyimpan.

Dengan sajak kutitipkan rindu; laut pada pantai yang menggaramkan buihnya.

Rumah itu adalah sebuah tempat di mana sejauh-jauhnya kita pergi, kita akan selalu rindu pulang padanya. Sebab hanya di sana, keletihan kita terobati.


Bukan hanya rumah yang menjadi tempat berpulang dari rindu; tapi rumah pula yang menjadi tempat peristirahatan terakhir.


Yang paling menyiksa adalah ketika aku merindukanmu dan tahu bahwa rindu itu tidak pernah tersampaikan.

Cinta memang terkadang menjadi sebuah misteri yang tak pernah bisa dimengerti. Datang dan pergi sesuka hati. Menyiksa jiwa dengan rindu. Menggoda hati dengan keindahan khayalan.



Jakarta, 01 November 2022

Comments

Popular posts from this blog

Usang

Kita ialah suatu hal yang usang dan enggan asing. Menolak melupa bahwa segalanya telah kau buat. Menciptakan ilusi yang membuatku mematung. Kau, ialah sosok paling ulung. Merasuk masuk dalam relung hati yang tengah buntung. Kini dirimu layaknya fatamorgana dalam hamparan gurun di bawah sang surya. Hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah tergapai walau seberapa kuat berusaha. Enggan digapai walau sebatas menaruh rasa. Kita, ialah sebuah usang yang enggan asing. Semakin lekang dan terus menggantung. Jakarta, 31 Juli 2023

Nama Tengah

Dari mencintaimu, aku belajar apa artinya kegagalan. Bukan berarti sebelumnya aku tidak pernah gagal. Hanya saja, baru saat mencintaimu aku sepertinya berhasil menerima rasa pahit dari kegagalan itu dengan jiwa yang lebih terbuka. Entah kenapa. Dari mencintaimu juga, aku belajar apa itu kekalahan. Tentu tidak berarti sebelumnya aku tidak pernah kalah, sudah sering, bahkan barangkali “kalah” telah menjadi nama tengahku. Hanya saja, memandang bahwa kalah adalah senjata terbaik Tuhan untuk membentuk diriku jauh lebih utuh, baru bisa kupahami setelah mengenalmu. Heran juga kenapa bisa seperti itu. Aku tidak tahu, apakah murni karena kamu ataukah memang sudah waktunya aku mendewasa dari setiap keping sakit yang menjadi koleksi dalam etalase hidupku. Barangkali begitu. Dan aku percaya, bahwa jalan ini masih begitu panjang. Patah hati bukan alasan untuk berhenti berjuang. Berjuang menata hidupku sendiri tentunya. Bukan untukmu atau untuk sesiapa di luar sana. Namun untukku, untuk

Seperti kata pak Sapardi

Di bawah hujan yang turun di bulan Juni, Ada perasaan yang mengalir bersama tetes-tetesnya, Mengalir dalam diam, menggenangi relung hati, Menghanyutkan ingatan pada sosokmu yang jauh. Hujan yang jatuh perlahan, Seperti bisikan lembut dari angkasa, Mengisi kekosongan yang hening, Menyentuh rasa yang tak terungkapkan. Setiap tetesnya adalah cerita, Tentang hari-hari yang kita lewati bersama, Tentang senyum yang pernah menghiasi senja, Namun kini hanya tinggal bayangan samar. Dalam setiap rintik hujan, Ada harapan yang kusematkan, Agar jarak yang memisahkan segera sirna, Dan kita bisa bersama lagi dalam nyata. Bulan Juni yang dingin dan lembab, Menyimpan sejuta kenangan dalam tetes airnya, Seperti hatiku yang penuh oleh ingatan, Namun tak mampu mengungkapkan isi hatinya. Di setiap deras hujan yang turun, Aku teringat pada suara tawamu, Yang mengalir seperti aliran sungai, Menenangkan setiap resah yang ada. Hujan di bulan Juni adalah saksi bisu, Perasaan yang tumbuh dalam sunyi