Kamu tau kan? Aku tidak pernah sedalam ini menjalin hubungan. Bersamamu, rasanya pengecualian. Kamu meluluhkan separuh perasaanku dengan sikapmu yang benar-benar di luar dugaan. Kamu unik, bahkan walau hanya sedang berjalan.
Aku suka memandangimu diam-diam. Mungkin aku pun sama malunya dengan kamu jika urusan romansa dua insan. Tidak sanggup untuk menatap wajahmu dari jarak yang berdekatan. Tapi kupikir, aku agak mendingan. Tidak begitu terlihat kalau sedang mati-matian kegirangan.
Aku selalu berusaha menghadapimu dari beragam sudut pandang. Kamu seringkali takut aku akan kecewa jika kamu terlambat datang dalam sebuah perjanjian pertemuan. Kamu memilih diam sepanjang perjalanan. Tanpa penjelasan. Padahal aku tidak sejahat itu untuk mudah marah pada hal yang belum pasti keburukan. Meskipun penjelasan yang kamu utarakan entah betul-betul kejadian atau kamu hanya mengarang alasan.
Kamu ingat? Sewaktu aku ingin makan sesuatu yang rupanya kita dikacaukan oleh sejuta pencarian. Sudah menempuh begitu jauh perjalanan. Alih-alih menemukan tempat makan, malah sebuah pertanyaan yang kita temukan. Akhirnya kita saling tertawa sepanjang perjalanan menuju tempat lain yang jaraknya memungkinkan.
Terima kasih untuk semua kenang yang kamu ukir dengan teramat hati-hati dalam ingatan. Kuharap kita bisa benar-benar menyatu dalam kebahagiaan beberapa tahun ke depan. Semoga kita benar-benar ditakdirkan untuk saling melengkapi kekurangan.
Dari seseorang yang hingga kini tetap mendo'akan kebaikan untukmu dari kejauhan.
____
Sepucuk surat telah selesai ku torehkan. Aku terdiam cukup lama. Kemudian berterima kasih pada Tuhan setelahnya. Karena telah mengirimkan seseorang yang begitu istimewa.
Mari berjumpa lagi setelah keadaan kembali mereda. Entah harus menunggu berapa kali purnama. Aku akan berusaha untuk terus setia.
Jakarta, 01 Juli 2022
Comments
Post a Comment