Mungkin selama ini kita tak pernah mencari tahu lebih jauh, dalam memaknai kata menunggu. Mungkin selama ini kita tak sungguh-sungguh ingin terjadinya sebuah temu. Karena kita terlelap dengan persepsi bahwa menunggu hanyalah penantian tanpa tindakan.
Hingga kita lupa, menunggu tak pernah semudah itu, namun sebenarnya, menunggu mengharuskan kita untuk bergerak, guna melenyapkan batas yang diciptakan oleh sang jarak.
Menunggu bagaikan dua anak manusia yang sedang mendaki di sebuah gunung tak bernama. Sayangnya, pendakian itu bukanlah dua pasang kaki yang berjalan seiring, melainkan kau yang berada di bawah seorang diri, dan ia yang kau cintai berada jauh di suatu tempat yang lebih tinggi.
Sehingga membuatmu mengadahkan pandangan untuk melihatnya, bahkan tak jarang kabut menghilangkannya dari pandangmu, dan membuatmu merasa seakan semakin jauh untuk bersamanya.
Terlalu kecil kemungkinan seseorang yang berada di atasmu bersedia untuk turun menghampirimu. Maka kau lah yang harus berupaya, tinggalkanlah beban ego yang melekat pada dirimu, dan mulailah melangkah tuk menemuinya. Sebab bukan tidak mungkin, saat kau berjuang untuk tiba di sampingnya, namun pada saat yang sama, ia pun sedang berjuang untuk tiba di samping seseorang yang lain.
Maka menunggulah dalam pengertian kau menunggu dalam pengupayaan, bukan sekadar dalam penantian.
Berhentilah memiliki persepsi bahwa tak ada yang bisa dilakukan bagi seseorang yang sedang menunggu, sebab lambat laun kau akan tenggelam dalam harapan dan angan-angan. Pada keadaan itulah, kau akan merasa begitu lelah, dan menyerah sebab kau mengambil sikap yang salah.
Hingga akhirnya kau pun memahami, bahwa menunggu bukanlah penantian dalam sunyi, justru ia adalah gerak tanpa bunyi. Menunggu bukanlah tak bisa melakukan apa pun, justru ia harus mengerahkan seluruh upaya untuk melakukan apa pun.
Menunggu bukanlah sekadar menanti,
justru ia adalah upaya untuk menemui.
Jakarta, 01 April 2022
Comments
Post a Comment