Skip to main content

Biru


Bagiku tiada yang cuma-cuma. Ketika semesta berani menaruh percaya, memberimu sebagai bukti bahwa apa yang pernah aku anggap telah mati kelak akan hidup kembali. Segala jenis tanda yang disertai tanya mengapa rasa ini perlahan dengan pasti tumbuh di tiap harinya, adalah yang tidak kuketahui.

Ketika aku memilih untuk tanpa henti memahami dan dengan sabar menyelami, aku telah tiba pada rasa yang selama ini dinanti. Rasa ingin tahu yang beranjak menjadi hobi dalam keseharian, mencari tahu apa-apa saja suka duka di tiap waktumu. Menginginkan berjuta lebih informasi mengenai riuh rendah atau sunyi senyap pada siang malammu. Dan tentang bahagiamu yang kini tidak lagi aku.

Lantas bila kau bertanya mengapa jalan ini yang terjadi, ketahuilah aku pun tidak pernah menghendaki. Hanya saja yang kutahu, segala ketidak-tuntasanmu adalah yang ingin aku selesaikan, juga perihal harap dalam maya atau nyata adalah apa yang tengah aku rancang untuk masa depan. Menghilangkan keraguan demi menjadikanmu sebagai semata tujuan dari banyaknya ragam pencarian.

Mungkin kini hanya doa sepertiga malam dan di akhir sujudku yang lamat-lamat selalu kulantunkan untuk kembali menghadirkan banyak upaya juga percaya akan keyakinan dan ketepatan hati di antara kita. Mewujudkan segala angan serta asa agar menjadi nyata.

Lantas nanti kala tiba waktunya, kau akan aku cintai lebih nikmat dari segelas teh panas yang kuseduh di pagi hari atau kopi yang menjadi pemecah sepi. Dengan saksama memberi bukti, bahwa apa yang terjalin di hari ini adalah yang kusemogakan tidak akan pernah berhenti hingga nanti.


Jakarta, 01 Maret 2022

Comments

Popular posts from this blog

Seperti kata pak Sapardi

Di bawah hujan yang turun di bulan Juni, Ada perasaan yang mengalir bersama tetes-tetesnya, Mengalir dalam diam, menggenangi relung hati, Menghanyutkan ingatan pada sosokmu yang jauh. Hujan yang jatuh perlahan, Seperti bisikan lembut dari angkasa, Mengisi kekosongan yang hening, Menyentuh rasa yang tak terungkapkan. Setiap tetesnya adalah cerita, Tentang hari-hari yang kita lewati bersama, Tentang senyum yang pernah menghiasi senja, Namun kini hanya tinggal bayangan samar. Dalam setiap rintik hujan, Ada harapan yang kusematkan, Agar jarak yang memisahkan segera sirna, Dan kita bisa bersama lagi dalam nyata. Bulan Juni yang dingin dan lembab, Menyimpan sejuta kenangan dalam tetes airnya, Seperti hatiku yang penuh oleh ingatan, Namun tak mampu mengungkapkan isi hatinya. Di setiap deras hujan yang turun, Aku teringat pada suara tawamu, Yang mengalir seperti aliran sungai, Menenangkan setiap resah yang ada. Hujan di bulan Juni adalah saksi bisu, Perasaan yang tumbuh dalam sunyi...

Usang

Kita ialah suatu hal yang usang dan enggan asing. Menolak melupa bahwa segalanya telah kau buat. Menciptakan ilusi yang membuatku mematung. Kau, ialah sosok paling ulung. Merasuk masuk dalam relung hati yang tengah buntung. Kini dirimu layaknya fatamorgana dalam hamparan gurun di bawah sang surya. Hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah tergapai walau seberapa kuat berusaha. Enggan digapai walau sebatas menaruh rasa. Kita, ialah sebuah usang yang enggan asing. Semakin lekang dan terus menggantung. Jakarta, 31 Juli 2023

Malu

Apa kau ingat tentang malam itu? Ketika langkah tak lagi searah dan kamu meninggalkanku di belakang, bersama kerapuhan, asa mengangkasa agar kau pun terluka seperti yang ditimpakan padaku Jika pun kau tak melihat kehancuran raga ini Aku meratap, berharap, kau akan merasakannya Aku tak ingin membuat drama, mengajak semua netra menyaksikan agar tahu seperti apa kisahnya Ketahuilah, aku masih ingin menyimpanmu seorang diri Bersama kepingan-kepingan hati yang berserakan, dalam hati aku berharap, kau tetap ada di sana Aku tak menyangkal ketika kau dan dia menghancurkan seluruh percayaku Sayang, tetapi semua kesakitan ku karena terlampau sibuk merajut bahagiamu Salahku tak dapat memperbaiki ketidaksempurnaan ku Kau dan dia, dan aku bersama air mata yang menusuk seperti kepingan kaca, hancur berkeping Aku berharap dapat diperbaiki, tetapi rusaknya sangat parah Hingga tiba langkahku di depan sebuah komedi putar, memandang ke atas, terjuntai pada realita... Bahkan ketika rasaku luru...