Skip to main content

Salah

Maafkan saya,mungkin hanya kata yang bisa menggambarkan penyesalan
Maafkan saya, mungkin juga hanya kata yang bisa menggambarkan kebodohan
Maafkan saya, bahkan juga hanya kata yang bisa menggambarkan salah

Ya, mungkin hanya kata yang keluar dari mulut,
Mungkin juga hanya kata yang tak bermakna bagi sebagian orang.
tapi dapatku pastikan, bahwa sebagian orang itu terlalu naif, bahwa sebagian orang itu terlalu malu untuk merasa bersalah, dan sebagian orang itu bukanlah aku

Kata maaf yang terlontar, itu pertanda keseriusan bahwa telah melakukan kesalahan, bahwa sadar telah melakukan kebodohan
Sekecil apapun kesalahan tetaplah kesalahan,
Sekecil apapun kebodohan teteplah kebodohan.

Kau adalah satu-satunya alasan bagi saya untuk mengenal semua kata itu
Kau adalah satu-satunya alasan pula bagi saya untuk mengenal arti dari kemurnian

Kau, banyak menghadirkan arti yang selama ini tertutup ego di dalam diri
Karena kau, hati kecil ini dapat berkata kalau harus terus bisa memberikan yang terbaik
dan karena kau pula telah menjadi alasan untuk waktu di zona saya dapat bergerak kembali
yang sudah menahun seperti mati..

tolong, jangan pergi
tetaplah disini
mari kita membangun mimpi
serta melanjutkan waktu yang telah hidup kembali..



Jakarta, 05 Februari 2020

Comments

Popular posts from this blog

Seperti kata pak Sapardi

Di bawah hujan yang turun di bulan Juni, Ada perasaan yang mengalir bersama tetes-tetesnya, Mengalir dalam diam, menggenangi relung hati, Menghanyutkan ingatan pada sosokmu yang jauh. Hujan yang jatuh perlahan, Seperti bisikan lembut dari angkasa, Mengisi kekosongan yang hening, Menyentuh rasa yang tak terungkapkan. Setiap tetesnya adalah cerita, Tentang hari-hari yang kita lewati bersama, Tentang senyum yang pernah menghiasi senja, Namun kini hanya tinggal bayangan samar. Dalam setiap rintik hujan, Ada harapan yang kusematkan, Agar jarak yang memisahkan segera sirna, Dan kita bisa bersama lagi dalam nyata. Bulan Juni yang dingin dan lembab, Menyimpan sejuta kenangan dalam tetes airnya, Seperti hatiku yang penuh oleh ingatan, Namun tak mampu mengungkapkan isi hatinya. Di setiap deras hujan yang turun, Aku teringat pada suara tawamu, Yang mengalir seperti aliran sungai, Menenangkan setiap resah yang ada. Hujan di bulan Juni adalah saksi bisu, Perasaan yang tumbuh dalam sunyi...

Usang

Kita ialah suatu hal yang usang dan enggan asing. Menolak melupa bahwa segalanya telah kau buat. Menciptakan ilusi yang membuatku mematung. Kau, ialah sosok paling ulung. Merasuk masuk dalam relung hati yang tengah buntung. Kini dirimu layaknya fatamorgana dalam hamparan gurun di bawah sang surya. Hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah tergapai walau seberapa kuat berusaha. Enggan digapai walau sebatas menaruh rasa. Kita, ialah sebuah usang yang enggan asing. Semakin lekang dan terus menggantung. Jakarta, 31 Juli 2023

Malu

Apa kau ingat tentang malam itu? Ketika langkah tak lagi searah dan kamu meninggalkanku di belakang, bersama kerapuhan, asa mengangkasa agar kau pun terluka seperti yang ditimpakan padaku Jika pun kau tak melihat kehancuran raga ini Aku meratap, berharap, kau akan merasakannya Aku tak ingin membuat drama, mengajak semua netra menyaksikan agar tahu seperti apa kisahnya Ketahuilah, aku masih ingin menyimpanmu seorang diri Bersama kepingan-kepingan hati yang berserakan, dalam hati aku berharap, kau tetap ada di sana Aku tak menyangkal ketika kau dan dia menghancurkan seluruh percayaku Sayang, tetapi semua kesakitan ku karena terlampau sibuk merajut bahagiamu Salahku tak dapat memperbaiki ketidaksempurnaan ku Kau dan dia, dan aku bersama air mata yang menusuk seperti kepingan kaca, hancur berkeping Aku berharap dapat diperbaiki, tetapi rusaknya sangat parah Hingga tiba langkahku di depan sebuah komedi putar, memandang ke atas, terjuntai pada realita... Bahkan ketika rasaku luru...