Kamu adalah riuh yang aku bicarakan pada tinta dan kertas sedangkan kata-kata adalah saksi yang berdiam dalam sunyi. Perihal rasa, mereka adalah teman setia. Tentang rindu, adalah ia yang tak pernah jemu mengendap syahdu. Lalu kamu, menjelma senandika yang kusimpan rapat-rapat. Tanpa isyarat, tanpa syarat. Walau kita sudah lama tak bertemu dan menyapa, kamu tetap hadir menjadi bayang-bayang di kepala. Berharap hanya sementara, lalu hilang tak bersisa, semoga. Tetapi sayangnya, justru tetap merua saat tak lagi berjumpa. Tanpa titah, tanpa aba-aba mulai mempertanyakan segala logika. Kamu adalah tentang apa-apa yang tak pernah tersampaikan. Dari segala kata dan jeda yang tak kunjung terlihat habisnya. Mengalir ke satu tempat tujuan. Lalu berkumpul pada sebuah fakta, bahwa inilah yang aku rasakan. Kemudian aku jatuh, berkali-kali diruntuhkan oleh realita. Aku yang menginginkanmu, harus sadar bahwa kamu ternyata menginginkan seorang yang lain. Bahkan setel...