Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2021

Tinta dan Kertas

Kamu adalah riuh yang aku bicarakan pada tinta dan kertas sedangkan kata-kata adalah saksi yang berdiam dalam sunyi. Perihal rasa, mereka adalah teman setia. Tentang rindu, adalah ia yang tak pernah jemu mengendap syahdu. Lalu kamu, menjelma senandika yang kusimpan rapat-rapat. Tanpa isyarat, tanpa syarat.  Walau kita sudah lama tak bertemu dan menyapa, kamu tetap hadir menjadi bayang-bayang di kepala. Berharap hanya sementara, lalu hilang tak bersisa, semoga. Tetapi sayangnya, justru tetap merua saat tak lagi berjumpa. Tanpa titah, tanpa aba-aba mulai mempertanyakan segala logika.  Kamu adalah tentang apa-apa yang tak pernah tersampaikan. Dari segala kata dan jeda yang tak kunjung terlihat habisnya. Mengalir ke satu tempat tujuan. Lalu berkumpul pada sebuah fakta, bahwa inilah yang aku rasakan. Kemudian aku jatuh, berkali-kali diruntuhkan oleh realita. Aku yang menginginkanmu, harus sadar bahwa kamu ternyata menginginkan seorang yang lain.   Bahkan setel...

9 Belas

Sembilan belas mungkin hanya kata atau bisa jadi itu deretan angka tapi ntah apapun itu, rasanya begitu nyata konteks yang sama walaupun dengan teks yang berbeda ya, ingin bersua Lini waktu yang berbeda serta rentetan angka yang tidak lagi sama tapi ntah, ntah, rasanya masih sama Senang rasanya dapat melihat tawamu kembali hadir senang masih bisa melihat senyum dari wajahmu sore tadi senang masih diberikan kesempatan untuk berbagi walaupun hanya sedikit, ku harap perasaan yang sama juga ada pada dirimu mungkin diri ini terlalu pengecut untuk mengungkapkannya secara langsung mungkin juga terlalu takut akan merusak segalanya sekali lagi mungkin hal terindah yang bisa kita rasakan saat masih hidup adalah mengungkapkan perasaan kita kepada orang terkasih, juga mengungkapkan rasa terimakasih kepada mereka. Terimakasih, untukmu yang selalu jadi alasanku untuk tetap berjuang dan memiliki harapan Terimakasih, untukmu yang selalu menjadi muara dari tiap bait yang selalu ku buat Terimakasih. Jak...

Antara Logika Dan Imajinasi

Jika bisa ditapakinya pemandian air panas musim hujan, tanpa atap pembatas dari bias temaram redupnya langit keemasan, mungkin; erat jemarinya dapat menggenggam setiap jengkal irama nadi pemilik nama yang diujarnya setiap hari, secara bersamaan dengan mereka yang mendekati jamuan palsu musim semi, kala bunga-bunga gugur hanya imajinasi dari pelangi-pelangi yang kehilangan intuisi. Tapi dingin kerap kali menyerang, tepat di bawah kaki meradang haus sebab dicarinya sebuah kehangatan. Dibakarnya kayu-kayu kering berlatar air, disulutnya api dari lembab dengan harapan-harapan getir. Asap membumbung tinggi, seirama dengan kelinci yang terbang berkat kepakan tempurung kura-kura. Tak ada asap, tak ada api, kayu-kayu kering tenggelam, seraya buyar lamunan sesaat masuk di alam bawah sadar. Diajaknya bicara matahari saat malam menunjuk pukul dua dini hari, ilusi-ilusi itu layaknya sunyi dan sepi yang memiliki ikatan meski tak terlahir dari rahim ibu suri. Sempurna dengan gelabah yang tertanam di...