Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2021

Hujan, apa kabar?

hujan, apa kabar? hal terakhir yang ku ingat ada lembaran bulan di tahun itu hanya menyisakan rindu yang menggebu rindu yang bahkan tak sanggup di ucapkan oleh ku, yang tampak mengering di tengah lahan yang basah permulaan pada tahun ini memang di awali dengan kawanan hujan yang terus membanjiri bumi tapi entah, entah yang kurasa bukan hujan yang ku damba hujan yang hadir kini hanya mengahdirkan segala ekspetasi ya, memang terkadang ekspetasilah yang akhirnya membunuh kita perlahan daun dan bunga riang bukan main memang kala hujan di muka tahun ini tapi hujan, apa kabar? hanya pertanyaan itu yang membanjiri kepala hanya bisa bermain dengan logika tanpa bisa menatap rupa yang hanya bisa mengungkap duka maaf atas segala keegoisanku yang sangat ingin bertatap, yang sangat ingin menetap dan tetap hujan, apa kabar? kuharap akan selalu ada aku di setiap rintik yang engkau turunkan. Jakarta, 1 Februari 2021

Izin

Daun-daun hijau di pekarangan menjelma jiwaku menjaga engkau. Ia tetap diam namun berjalan-jalan menapaki musim hingga kering dan menguning. Kau tahu dengan baik segala usahaku dalam menjaga, namun lebih memilih diam menungguku jatuh lusuh kehilangan tenaga; terinjak tak lagi utuh. Rerumput yang sedang menunggu angin membelai mesra hingga berdansa bersama; kini terdiam. Dengan arif mempersilakan yang ditunggu memberikan waktunya untuk membawaku ke entah apa namanya. Menggunakan waktunya untuk sekadar melihat, sekadar iba, pun sekadar miris dengan rasaku yang tragis. Di sela-sela terombang-ambing, terlihat pancaran mata merah kehitam-hitaman itu menatap datar, seperti memberitahu bahwa empati tak pernah sedetik pun berlabuh berpendar, tak pernah sedetik pun berbisik atau terdengar berisik. Waktu terasa sangat lambat. Hingga kiranya cukup memunculkan kembali tentangmu yang sekarang tak berkutik–meski dulu hanya aku yang kaulirik. kau telah memberikan anugerah terindah dalam hidupku, kau

1/365 (II)

Kembali lagi pada hari dimana langit malam dipenuhi dengan gemuruh, meriah. Salam serta ucapan pun di layangkan serata mendampingi langit malam ini, ada yang mengucapkan ke keluarga, teman, pasangan dan ada yang sendiri, menyendiri, memeluk dinginnya malam teringat akan kenangan selama 365 hari kebalakang, berawal dari malam yang sama, saat langit tak kuasa membending lalu seolah meneteskan air mata sama seperti ku pada malam itu, tak kuasa menahan dan meneteskan airmata di hadapan kawan. malam berganti hari sejak malam itu, hingga tiba di penghujung tahun yang terlah dilalui, sepi kenangan yang terus terhanyut dalam sukma, kenangan yang terasa terlalu manis untuk dibilang pagit kenangan yang selalu bisa membuat tersenyum untuk melanjutkan hari, dan kini hanyalah menjadi kenangan, sirna senang melihat kenyataan bahwa kau dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padamu, yang peduli denganmu senang bisa meilhat tawamu di beberapa saat sebelum tahun menutup hari senang masih dapat diizink