Kita bagai dua awan yang mengembara, terikat oleh angin yang sama, namun selalu terhalang cakrawala yang memisahkan rindu dari nyata. Kau adalah senja yang kusimpan dalam doa, warna jingga yang mengalun pelan, sedang aku hanyalah fajar yang selalu datang terlalu pagi— terlalu cepat untuk menyapamu, terlambat untuk menahanmu pergi. Di antara kita, ada musim yang bersekongkol: hujan menjadikan kita asing, matahari menjadikan kita bayang-bayang, dan malam— ah, malam hanya diam memungut sisa-sisa percakapan yang tak sempat terucap. Pernahkah kau dengar bisik dedaunan saat rintik mulai turun? Itulah suara kerinduanku: senyap, basah, terbawa arus selokan yang tak punya muara, mengalir ke laut yang tak tahu bet...