Pada mata yang menatap dengan tajam, menghanyutkan jiwa ke dalam pusaran dunia penuh kasih. Masih teringat jelas saat pandangmu menatapku teduh, membawa damai dalam relung jiwa yang dilandah gundah. Bahkan tak bisa kupungkiri, sorot matamu mampu membuat separuh duniaku porak-peranda. Sesal, sesak, terlambat hanya bisa diam menjadi patung. Larut dalam kesendirian tak berbentuk. Ingin menyatu denganmu kembali, tetapi pelangi telah dilalap api. Kasih, sekali saja kupeluk ragamu yang telah hancur karena ulahku. Akan kubentuk kembali bersamaan dengan rasa yang t'lah pudar dan terima aku menjadi dayangmu lagi. Kasih, sekali lagi saja kuelus duniamu yang telah kacau karenaku. Akan kurancang lagi bersamaan dengan kenangan yang (tak) pudar. Meski semua tak sama seperti sedia kala. Tak serupa layaknya aku dan kamu saat itu. Namun, setidaknya di antara kita masih dapat mengukir kisah yang dibumbui asmara. Demi hujan yang rela jatuh ke tanah, Demi surya yang rela bersinar gemilang, Demi...