Ketika air menghantam tanah dengan iramanya, saat itu pula tanda tanya yang membenak terjelaskan. Aneh, merasa kehilangan bahkan disaat tidak mendekati kata memiliki, 2 kondisi yang bertolak belakang itu yang membuatku terhanyut dalam setiap hantaman hujan terbadap tanah. Mungkin, saat itu tanah pun ingin mempertanyakan, bagimana bisa setelah hujan menyirami tanah dengan derasnya lalu bisa pergi tanpa bersisa, tapi apalah daya si tanah yang hanya bisa berasumsi, menunggu suatu hal yang selalu menjadi ekspetasi, berlebihan memang, tapi itulah tanah, tidak dapat menuntut hanya bisa menunggu datangnya sang hujan. Hari demi hari berlalu, dan bodohnya sang tanah tetap menunggu datangnya hujan yang dirindukan membanjirinya, dan ketika hujan itu datang, sang tanahpun menyadari, bahwa hujan yang dirindukan tidaklah merindukan sang tanah, hanya mengugurkan kewajibannya sebagai hujan untuk membasahi, untuk memberikan kehidupan di tanah. Walaupun hujan bukannya milik tanah, tapi tanah selalu ...